Di Era Industrialisasi Arsitek tidak lagi menjadi sang pencipta yang mandiri tetapi sekadar perangkai produk-produk yang sudah ada. Dunia kehidupan kita kini banyak disuguhi kabar konflik dan kejahatan dalam banyak cara, Saatnya kita kedepankan kedamaian dan kasih sayang . Arsitektur publik sudah saatnya dibangun melalui proses sayembara agar dihasilkan karya yang kredibel . Teknologi Informasi dan komunikasi sudah sangat berkembang. Saatnya membangun inovasi kreatif untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Jangan terkecoh oleh media sosial yang mengajak pada perpecahan. Selalu sampaikan salam damai dan kasih sayang

Senin, 15 Desember 2014

Legenda Puteri Mandalika dan Keindahan Pantai Seger di Lombok Tengah

Pantai Seger, Kuta adalah salah satu pantai indah di Lombok yang   belum seramai pantai Senggigi ataupun Gili Trawangan. Namun, pantai ini memiliki pesona keindahan yang tak tertandingi. Tepiannya di hiasi gundukan bukit menghitau dan teluk-teluk air laut yang terperangkap membentuk danau-danau yang menjorok ke daratan. Tepiannya masih alami dengan pantai yang memutih dan warna laut yang membiru kontras. Di kejauhan tampak samar-samar gunung menyembul biru temaram.


Salah satu daya tarik lain di Pantai ini adalah legenda rakyat yang menyertainya. yaitu Putri Mandalika yang kemudian diabadikan dalam  patung Putri Mandalika  di pinggir pantai sebelah utara. Konon, Putri Mandalika dalam legenda  masyarakat  Sasak adalah seorang gadis puteri Raja bijaksana, Raja Tonang Beru dari Kerajaan Tanjung Bitu di Pantai Selatan. Puteri Mandalika dikenal memiliki paras yang sangat cantik sehingga membuat pangeran dari kerajaan-kerajaan lain menaruh hati padanya dan semua ingin mempersuntingnya. 

Putri Mandalika tak kuasa menolak lamaran dari para pangeran sehingga ia memutuskan untuk mengumpulkan para pangeran di satu pagi pada tanggal 20 bulan sepuluh (tahun Sasak) di sebuah pantai yang kini dikenal sebagai Pantai Seger. Putri Mandalika berdiri di sebuah batu di tepi pantai dan menyampaikan pesan kebingungannya pada seluruh pangeran yang datang. Bersamaan dengan kata terakhir yang ia ucapkan, tiba-tiba putri Mandalika terjun dari tepi pantai dan langsung hanyut bersama air laut sehingga tidak ada satu pangeranpun yang bisa memilikinya

Seluruh masyarakat berusaha mencarinya. Namun selalu gagal. Yang ditemukan justru makhluk laut kecil menyerupai cacing yang disebut Nyale. Dan hingga kini masyarakat percaya bahwa Nyale tersebut adalah  jelmaan  putri Mandalika

Legenda itulah yang kemudian memunculkan festival Bau Nyale yang sudah menjadi agenda tahunan masyarakat Lombok. Bau Nyale diadakan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam hitungan tahun Sasak. Tanggal tersebut biasanya jatuh pada bulan Februari tahun Masehi. Festival, tak hanya diikuti suku asli Lombok, suku Sasak, namun juga oleh pemerintah setempat serta turis-turis yang kebetulan sedang berkunjung.

Bau Nyale adalah festival  menangkap cacing laut (Nyale). Festival diadakan di 16 titik pantai di Lombok Tengah yang membentang puluhan kilometer dari Pantai Kaliantan hingga Selong Belanak. Pusat festival terletak di pantai Seger. Oleh masyarakat, cacing-cacing hasil tangkapan tersebut nantinya akan dimasak dan dikonsumsi beramai-ramai.

Sebelum festival, masyarakat biasanya menampilkan atraksi seni tradisional seperti betandak (balas membalas pantun), bejambik (memberikan cendera mata kepada kekasih hati), serta belancaran (pesiar dengan perahu). Pementasan drama putri Mandalika juga tak lupa dilakukan untuk membuat suasana festival menjadi lebih “khidmat”

Tidak ada komentar: